Sabtu, 27 Juli 2013

Kunjungan SMK Farmasi Al Furqan Banjarmasin

smk farmasi
Rombongan siswa/i SMK Farmasi Al Furqan Banjarmasin tiba di Fakultas Farmasi UAD, jum’at (28/06), setelah melewati rangkaian kunjungan studi banding ke beberapa kota di Pulau Jawa meliputi Surabaya, Semarang, dan Solo. Wakil Dekan Fakultas Farmasi, Dr. Nining Sugihartini, M.Si., Apt., menyambut langsung rombongan bersama pejabat dekanat serta beberapa mahasiswa. Dalam rangkaian sambutannya, Doktor lulusan UGM tersebut memaparkan informasi seputar Fakultas diselingi dengan pemutaran video profil Fakultas Farmasi UAD.
Usai mendapat pengarahan dan gambaran, siswa/i  SMK Farmasi Al Furqan melakukan kunjungan langsung ke ruang fasilitas pendukung laboratorium. Dua puluh enam siswa/i mengunjungi laboratorium yang ada, meliputi Farmasetika, Fitokimia, Farmakologi, dan Kimia. Kunjungan dilakukan saat berlangsung praktikum. “Diharapkan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang proses dan teknis pelaksanaan praktikum” ujar Nining disela diskusi dengan siswa/i.
Seorang guru pendamping, Popong Nurapipah, S.Farm., Apt. mengatakan, “Ini adalah kunjungan terakhir dari rangkaian kunjungan kami selama 6 hari setelah Surabaya, Semarang, Solo. Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan kami pilih karena sama-sama berada pada satu naungan dengan pondok pesantren Al Furqan yakni Muhammadiyah,” lanjut Popong, salah satu alumni angkatan pertama Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Siswa dan siswi kembali menuju ruang perkuliahan untuk mengikuti sesi diskusi setelah kunjungan laboratorium. Sesi ini berlangsung semarak dengan berbagai pertanyaan yang diajukan.     “Apakah UAD juga menerima mahasiswa non muslim dan bagaimanakah persyaratannya?,” tanya seorang siswa. “UAD lebih memprioritaskan mahasiswa muslim sebab latar belakang UAD adalah Muhammadiyah” jawab Nining. Adapun persyaratan  untuk masuk Fakultas Farmasi UAD ada dua jalur yaitu jalur PMDK dengan menunjukkan nilai beberapa mata pelajaran tertentu dan jalur kedua test tertulis”, pungkasnya.
Acara penutupan kunjungan dilakukan dengan saling bertukar cinderamata pihak dekanat Fakultas Farmasi dengan SMK Farmasi Al Furqan. “Menarik minat, praktikumnya kelihatannya asyik”, ucap Ahsanul Kamil, seorang siswa saat berjalan menuju bus untuk melanjutkan perjalanan. (sumber : situs resmi fakultas farmasi UAD ,Yogyakarta)

Rabu, 24 Juli 2013

Bahan Post Test PKL Rumah Sakit

Pengelolaan Obat

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.

Seleksi                         :     meliputi kegiatan penetapan masalah kesehatan, keadaan sosial ekonimi masyarakat, pemilihan jenis obat, serta penetapan jenis obat apa yang harus tersedia.
Pengadaan                   :     meliputi perhitungan kebutuhan dan perencanaan pengadaan, pemilihan cara pengadaan, pelaksanaan pembelian, penerimaan dan pemeriksaan serta melakukan jaminan mutu
Distribusi                       :     meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat, dan penyimpanan
                                                        Penggunaan                 :     pelayanan farmasi.

Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang dengan sistem informasi manajemen obat  untuk menggalang keterpaduan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya sistem ini pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan mudah diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, berbagai kendala yang menimbulkan kegagalan atau keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui, sehingga segera dapat ditempuh berbagai tindakan operasional yang diperlukan untuk mengatasinya.

Obat Generik dan Obat Paten

Obat Paten : obat jadi dgn nama dagang yg terdaftar atas nama si pembuat (pabrik) atau yg dikuasakannya, dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik pembuatnya.
Contoh : Amoxan kapsul, Erysanbe Chewable,
Obat generik : obat dgn nama resmi sesuai tercantum dalam farmakope Indonesia untuk zat yg berkhasiat
Contoh : Amoxicilin, Eritromisin,

Beberapa pertanyaan yang sering muncul dan jawabannya
1. Apakah obat generik mempunyai khasiat yang sama dengan obat paten?
= Ya, obat generik mempunyai khasiat yang sama dengan obat paten. Baik obat generik maupun obat paten mempunyai kandungan yang sama, dan keduanya mempunyai khasiat yang sama.
2. Apakah mutu obat generik sama dengan obat paten?
= Sebelum menjawab pertanyaan ini saya ingin menegaskan satu hal. Obat Generik adalah obat yang bermutu tinggi dan telah melalui quality control yang sangat ketat. Obat generic adalah obat yang berkualitas.

Nah, masalah apakah obat paten lebih bermutu? Ada yang lebih bermutu, ada yang sama saja. Beberapa obat paten mempunyai teknologi yang mereka kembangkan sendiri dan sudah dipatenkan yang tidak terdapat pada obat generik. Misalnya saja Eritromisin generik tidak dikunyah, namun Erisanbe Chewable bisa dikunyah dan bagi beberapa orang cara ini lebih nyaman dan efektif. Beberapa obat paten juga memiliki teknologi untuk mengurangi bau obat yang mungkin bisa membual beberapa orang mual. Obat Paten tertentu juga memiliki sistem “pelepasan berkala” di mana obat akan larut perlahan-lahan, sehingga obat yang sebelumnya harus diminum 3 kali sehari bisa diminum satu kali saja pada pagi hari dengan tekhnologi “pelepasan berkala” ini
3. Mengapa harga obat generik lebih murah?
a. Tidak terkena pajak
b. Tidak menganggung biaya promosi
c. Tidak menanggung biaya distribusi (ditanggung oleh pemerintah)
d. Disubsidi, bahkan ada beberapa yang “dijual rugi”
4. Bila Obat generik memang bagus, mengapa dokter lebih sering meresepkan obat paten
= Ada beberapa sebab, mari kita bahas satu-persatu
a. Tidak semua obat sudah keluar versi generiknya : Pemerintah akan memberi kesempatan pada perusahaan farmasi untuk meraup untung demi menutup biaya riset mereka. Maka itu obat-obat baru kadang belum ada versi generiknya
b. Obat Generik adalah obat bersubsidi, maka dari itu penggunaan subsidi ini harus disalurkan pada orang yang tepat pula.
c. Efek placebo : Kadang pasien yang diberi obat generik tidak merasa puas karena pasien merasa “lebih mahal lebih baik”, atau “Ada rupa ada harga”. Maka itu kadang dokter lebih suka meresepkan obat paten



Narkotika itu adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman yang tumbuh di alam dan yang bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, zat ini dapat  menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengubah perilaku dan emosi seseorang, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, zat ini sangat berbahaya karena bisa menimbulkan ketergantungan atau ketagihan (kecanduan).

Psikotropika adalah zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, kelainan perilaku seseorang yang mengonsumsi zat psikotropika ini biasanya disertai dengan munculnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan yang menyebabkan ketergantungan, zat ini pun memiliki efek stimulan atau perangsang bagi para pemakainya.
1.2 Perbedaan
Ø  Narkotika mempengaruhi kesadaran, sedangkan psikotropika tidak mempengaruhi kesadaran
Ø  Psikotropika bersifat psikoaktif
Ø  Narkotika (dalam dosis besar biasanya digunakan untuk analgetika kuat) karena ini berja langsung ke reseptor opiat.
Ø  Psikotropika biasanya dipakai untuk mengatasi penyakit yang berhubungan dengan mental.
Ø  Narkotika golongan 1 dan psikotopika golongan 1 sama-sama hanya boleh digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Ø  Untuk pelaporannya, narkotika wajib dilakukan 1 x sebulan dan psikotropika boleh 1x 3 bulan
Ø  Pemesanannya, narkotika 1 item/1lembar SP dan psikotropika boleh beberapa item/1lembar SP
Ø  Narkotika hanya dipesan melalui perusahaan yang telah telah ditunjuk
Ø  Psikotropika hanya dipesan melalui PBF yang memiliki izin psikotropika
Ø  Namun kedua obat ini dapat menyebabkan KETERGANTUNGAN dan jangan sembarangan dalam pemakaiannya!!!!

Tugas Farmasis sebagai Pengelola Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit

Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit.
Adapun cakupan pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit meliputi : perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemberian obat, pengendalian, penghapusan, pelaporan dan evaluasi
Tujuan perbekalan farmasi untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan  pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi:
1.        Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-benar di perlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit dirumah sakit.
Kriteria pemillihan kebutuhan obat yang baik meliputi:
a.   Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan Janis
b.   Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih baik di banding obat tunggal
c.   Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan  (drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi
Pemilihan obat di Rumah Sakit Stroke Nasional merujuk kepada Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas type B yang di dapat oleh rumah sakit ini, Formularium RS, Formularium jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon Harga Obat(DPHO) Askes dan jaminan social Tenaga Kerja (Jamsostek). Sedangkan pemilihan alat kesehatan di rumah sakit ini berdasarkan dari data pemakaian oleh pemakai, standar ISO, daftar harga alat, daftar alat kesehatan yang dikeluarkan oleh Dirjen Binfar dan Alkes, serta spesifikasi yang ditetapkan oleh rumah sakit



Kompilasi penggunaan
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Dan rumah sakit stroke nasional untuk mengetahui penggunaan bulanan berdasarkan dari laporan bulanan yang dibuat masing-masing ruang gudang, ruang produksi dan steril.
Informasi yang didapat dari kompilasi penggunaan perbekalan farmasi adalah:
1.       Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masing-masing unit pelayanan
2.       Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total penggunaan setahun seluruh unit pelayanan
3.       Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi
4.       Perhitungan kebutuhan
Pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metoda:
1.       Metoda konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Untuk rumah sakit stroke nasional mengunakan metode konsumsi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan:
1.       Pengumpulan dan pengolahan data
2.       Analisa data dan informasi dan evaluasi
3.       Perhitungan dan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
4.       Penyesuain jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana
Ada 9 langkah untuk menentukan metoda konsumsi:
1.       Menentukan pemakain nyata dalam 1 tahun
2.       Menghitung kekurangan obat
3.       Menentukan pemakaian rata-rata
4.       Menentukan kebutuhan obat
5.       Menghitung kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang
6.       Menghitung kebutuhan waktu tunggu
7.       Menentukan buffer stok
8.       Menentukan jumlah obat
9.       Menentukan jumlah obat yang di sediakan
2. Metoda morbiditas/epidemiologi
Metode epidemiologi merupakan salah satu metode perencanaan berdasarkan pola kunjungan kasus penyakit.
Langkah-langkahnya adalah :
1.       Menghitung jumlah masing-masing obat untuk tiap satu penyakit
2.       Menghitung kebutuhan obat tiap-tiap penyakit untuk satu tahun. Untuk satu jenis obat yang digunakan untuk berbagai macam penyakit maka dihitung kebutuhan untuk masing-masing penyakitnya. Jika ada satu penyakit yang menggunakan dua atau lebih jenis obat, maka ditentukan persentase masing-masing penggunaannya.
3.       Menghitung kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang
4.       Menghitung kebutuhan waktu tunggu
5.       Menentukan buffer stok
6.       Menentukan jumlah obat
7.       Menentukan jumlah obat yang di sediakan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan obat di rumah sakit yang telah direncanakan dan disetujui.
Tujuan pengadaan adalah : mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman yang tepat waktu, proses berjalan lanca dan tidak butuh tenaga dan waktu berlebih.
Pengadaan yang menjadi tanggungjawab instalasi farmasi adalah :
·         Obat-obatan Paket Rumah sakit (missal : anastesi untuk operasi)
·         Cairan-cairan (missal : nissol)
·         Obat-obatan ASKES
·         Obat-obatan regular
·         Alat kesehatan
·         Alat-alat radiologi/film rontgen
·         Alat-alat kedokteran
·         Suku cadang
Penerimaan barang :
·         Barang diterima oleh panitia penerima dan panitia penerima melakukan pemeriksaan apakah sesuai dengan pemesanan, memeriksa tanggal expire date, jumlah, adakah kerusakan atau tidak.
·         Jika barang sudah dinyatakan sesuai maka barang akan masuk gudang dengan pencantuman tanda terima.
·         Untuk obat-obat ASKES, barang langsung dibawa ke gudang dengan menyertai fakturnya.
·         Jika barang tidak sesuai atau mengalami kerusakan ataupun tanggal expire date terlalu dekat maka dilakukan retur
Pencatatan :
·         Pencatatan dilakukan di buku Barang Masuk dan dicatat dikartu stok. Pencatatan juga dilakukan dengan menggunakan system komputerisasi.

Penyimpanan :
·         Penyimpanan dilakukan pada gudang dengan mengelompokkan obat-obat berdasarkan jenisnya. Obat tablet diletakkan bersamaan dengan obat-obat tablet. Begitu juga halnya obat-obatan dalam bentuk larutan dan injeksi serta alat-alat kesehatan. Penyusunan obat-obatan hendaklah berdasarkan alphabet. Dan penyimpanan obat harus merujuk kepada farmakope.
Distribusi :
System pengeluaran obat-obatan dilakukan berdasarkan FIFO (first in first out).
Pengeluaran barang ditulis di daftar mutasi barang dan dilakukan pencatatan di kartu stok dan secara komputerisasi.
Pelaporan :
·         Pelaporan dilakukan setiap bulan yang dibuat oleh kepala gudang dan disetujui oleh apoteker.

A. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

IFRS dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2004 dan eveluasinya mengacu pada Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit yang digunakan secara rasional, di samping ketentuan maasing-masing rumah sakit (Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
Tugas IFRS antara lain:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit (Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
Fungsi IFRS antara lain:
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit yang merupakan proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memparbaharui standar obat.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit (Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien yang meliputi kajian persyaratan administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga pasien.
f. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga pasien.
g. Melakukan pencampuran obat suntik
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
i. Melakukan penanganan obat kanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
l. Melaporkan setiap kegiatan (Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
B. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Struktur organisasi IFRS dapat berkembang dalam tiga tingkat yaitu:
1. Manajer tingkat puncak bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan, dan pemfungsian yang efektif dari sistem mutu secara menyeluruh.
2. Manajer tingkat menengah, kebanyakan kepala bagian/unit fungsional bertanggung jawab untuk mendesain dan menerapkan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan mutu dalam daerah/bidang fungsional meraka, untuk mencapai mutu produk dan pelayanan yang diinginkan.
3. Manajer garis depan terdiri atas personel pengawas yang langsung memantau dan mengendalikankegiatan yang berkaitan dengan mutu selama bebagai tahap memproses produk dan pelayanan. (Siregar, 2004:48)
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Struktur organisasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah sakit. (Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).










By : Ahmad Zaid Rahman